Berita Hindu Indonesia - Kisah Arjuna Wiwaha merupakan salah satu karya sastra besar dalam khazanah Sastra Jawa Kuno yang ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Raja Airlangga (abad ke-11 Masehi). Cerita ini terinspirasi dari kisah Mahabharata, khususnya bagian Arjuna Tapa tentang Arjuna yang menjalani tapa brata (pertapaan) untuk memperoleh kesaktian dan pencerahan rohani.
Namun, dalam versi Nusantara, kisah ini lebih menekankan pada nilai spiritual dan moral, yaitu keseimbangan antara kewajiban duniawi (Dharma Yudha) dan pencapaian spiritual (Yoga dan Tapa Brata).
![]() |
| Ilustrasi |
Kisah Arjuna Wiwaha
Dalam kisah ini, Arjuna, salah satu Pandawa yang gagah dan saleh, pergi ke gunung Indrakila untuk melakukan tapa brata. Ia ingin memohon kekuatan kepada para dewa agar dapat mengalahkan musuh yang mengganggu dunia para dewa dan manusia.
Keteguhan batin Arjuna diuji oleh para dewa. Dewa Indra mengutus bidadari tercantik Supraba, Tilottama, dan lainnya untuk menggoda Arjuna. Namun, Arjuna tetap teguh dan tidak tergoyahkan oleh kenikmatan duniawi.
Melihat keteguhan itu, Dewa Siwa turun menguji Arjuna dalam wujud raksasa pemburu. Setelah pertempuran sengit, Arjuna berhasil mengalahkannya, dan Dewa Siwa kembali ke wujud aslinya. Sebagai hadiah, Siwa menganugerahkan Panah Pasupati, senjata suci yang kelak digunakan Arjuna dalam perang besar melawan musuh-musuh kebenaran.
Makna Filosofis dan Spiritual
Kisah ini sarat makna spiritual dan ajaran etika:
- Tapa Brata melambangkan perjuangan manusia melawan hawa nafsu dan godaan duniawi.
- Kemenangan Arjuna melambangkan kemenangan kesadaran atas indra dan ego.
- Panah Pasupati adalah simbol pencerahan dan kekuatan spiritual yang hanya diperoleh melalui kesucian hati dan keteguhan tekad.
Selain itu, kisah ini juga menggambarkan jalan tengah (madhyamika) bahwa seorang manusia harus mampu menyeimbangkan antara spiritualitas (moksha) dan kewajiban duniawi (dharma).
Arjuna sebagai Simbol Manusia Ideal
Arjuna dalam “Arjuna Wiwaha” bukan sekadar ksatria, melainkan simbol manusia ideal yang memiliki kesucian batin, kebijaksanaan, dan rasa tanggung jawab sosial. Ia tidak melarikan diri dari dunia, tetapi kembali untuk menegakkan Dharma setelah mencapai kesadaran spiritual tertinggi.
Pesan moral utama dari kisah ini adalah bahwa spiritualitas sejati bukanlah pelarian dari dunia, tetapi pengabdian tanpa pamrih untuk kebaikan semua makhluk.
Nilai dalam Kehidupan Umat Hindu
Dalam konteks ajaran Hindu Bali, kisah Arjuna Wiwaha sering dikaitkan dengan nilai Dharma, Satya, dan Tapasya yaitu kebenaran, pengendalian diri, dan keteguhan dalam menjalankan kewajiban. Arjuna menjadi teladan bagi siapa pun yang mencari keseimbangan antara kehidupan rohani dan tugas sosial.
Kesimpulan
“Arjuna Wiwaha” bukan hanya kisah kepahlawanan, tetapi perjalanan spiritual menuju kesadaran tertinggi. Arjuna menunjukkan bahwa pencerahan sejati dicapai melalui disiplin, kesucian batin, dan pengabdian kepada Dharma.
menjadi lambang manusia yang mampu memadukan yoga dan karma, meditasi dan kewajiban demi keseimbangan jagat raya.
Sumber:
Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa, naskah Jawa Kuno (abad XI)
Zoetmulder, P.J. (1983). Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang.
Supomo, S. (1977). Arjuna Wiwaha: Text and Translation. The Hague: Nijhoff.
Suamba, I.B. (2010). Etika Hindu dan Spiritualitas Arjuna. Denpasar: Widya Dharma Press.
Britannica, “Arjuna and the Pasupati Myth.”

