Berita Hindu Indonesia - Tajen Bali berasal dari zaman kerajaan-kerajaan yang menguasai wilayah Bali. Aktivitas ini dilakukan sebagai sarana hiburan dan persembahan kepada dewa-dewa. Sabung ayam tajen memiliki nilai lebih dari sekadar hiburan, karena melibatkan ritual dan tradisi yang kuat.
Tajen adalah tradisi adu ayam yang telah menjadi bagian dari kehidupan budaya masyarakat Bali selama berabad-abad. Tajen bukan sekadar hiburan atau perjudian, melainkan memiliki akar yang dalam dalam praktik keagamaan dan adat istiadat Hindu Bali.
Asal-Usul dan Makna Spiritual
1. Asal Kata- Tajen berasal dari kata "tajuk" atau "tajeng", yang berarti pertarungan ayam jantan.
- Di Bali, istilah ini telah identik dengan ritual dan kadang disalahartikan sebagai kegiatan perjudian semata.
- Dalam upacara tabuh rah (yang berarti "meneteskan darah"), tajen dilakukan sebagai bagian dari ritual penyucian dan penolak bala.
- Darah ayam dianggap sebagai persembahan kepada bhuta kala (energi negatif atau kekuatan gaib) untuk menyeimbangkan kekuatan alam (Rwa Bhineda).
- Praktik ini terutama dilakukan dalam upacara besar seperti Pecaruan, Bhuta Yajña, atau Panca Wali Krama.
Tajen Sakral vs Tajen Hiburan
- Tajen Sakral (Religius)
- Dilakukan secara terbatas dan khusus dalam konteks upacara adat/agama.
- Dipimpin oleh sulinggih atau pemangku.
- Tidak ada unsur taruhan.
- Tajen Hiburan (Tajen Bebotoh)
- Lebih kepada ajang pertaruhan (judi), biasanya dilakukan di arena atau kalangan.
- Sering kali tidak berkaitan dengan upacara, dan dilarang oleh hukum negara Indonesia karena unsur perjudian.
- Walaupun begitu, masih berlangsung secara sembunyi-sembunyi di beberapa tempat.
Regulasi dan Kontroversi
- Pemerintah Bali dan Kepolisian telah lama melarang tajen bebotoh yang bersifat perjudian.
- Namun, tajen sakral tetap diizinkan sebagai bagian dari ritual keagamaan yang sah.
- Hal ini sering menimbulkan perdebatan antara pelestarian budaya dan penegakan hukum.
Catatan Filosofis
- Tajen dalam konteks sakral merepresentasikan pengorbanan dan penebusan dalam sistem kosmologi Hindu Bali.
- Darah ayam dianggap sebagai simbol pengorbanan hidup untuk memulihkan keseimbangan antara manusia, alam, dan roh leluhur (Tri Hita Karana).
Penutup
Tajen adalah contoh bagaimana unsur spiritual, budaya, dan sosial dapat berbaur dalam satu praktik masyarakat. Walau kini identik dengan judi, memahami tajen dari sisi sejarah dan filosofi keagamaannya menunjukkan betapa kompleks dan sakralnya budaya Bali.