Sering Ucapkan “Astungkare”, Tapi Tahu Artinya?
On 5:30 PM with No comments
Berita Hindu Indonesia - Dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu Bali, kata “Astungkare” sering diucapkan, baik saat berbicara, menanggapi harapan, maupun ketika mengakhiri doa. Namun, tidak semua orang benar-benar memahami makna dan kedalaman filosofis di balik kata sederhana ini.
Makna Kata “Astungkare”
Secara etimologis, kata “Astungkare” berasal dari bahasa Sanskerta:
- Astu berarti semoga terjadi, atau biarlah demikian.
- Kāra berarti perbuatan atau tindakan.
Sehingga Astungkare dapat dimaknai sebagai “semoga dikehendaki oleh Tuhan” atau “biarlah hal itu terjadi dengan restu Sang Hyang Widhi Wasa”.
Makna ini menunjukkan bahwa setiap keinginan, rencana, dan usaha manusia pada akhirnya diserahkan kepada kehendak Tuhan. Dalam ajaran Hindu, ini mencerminkan nilai tattwa pasrah dan sraddha (keyakinan) terhadap kekuatan ilahi yang mengatur alam semesta.
![]() |
| ilustrasi |
Makna Filosofis dalam Kehidupan
Umat Hindu meyakini bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa izin Tuhan. Mengucapkan “Astungkare” berarti menegaskan kesadaran bahwa manusia hanyalah alat dalam kehendak ilahi.
Kata ini juga menjadi pengingat spiritual agar kita tidak terlalu sombong atas keberhasilan maupun terlalu kecewa atas kegagalan, sebab segalanya terjadi atas restu dan takdir Tuhan.
Contoh dalam percakapan:
“Besok saya ujian, Astungkare lancar.”
“Anaknya mau menikah bulan depan, Astungkare semua berjalan baik.”
Di sini, kata Astungkare berfungsi sebagai doa dan penyerahan diri, bukan sekadar kata pengharapan.
Nilai Spiritualitas
Dalam konteks ajaran Tattwa Hindu, Astungkare mengajarkan keseimbangan antara usaha (karma) dan penyerahan diri (bhakti).
Manusia wajib berusaha sebaik-baiknya, namun hasilnya tetap dikembalikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Kesimpulan
Mengucapkan “Astungkare” bukan hanya tradisi, tetapi juga bentuk kesadaran spiritual bahwa hidup ini tidak sepenuhnya berada di tangan manusia. Kata ini mengajarkan kita untuk tetap rendah hati, percaya pada kehendak Tuhan, dan bersyukur atas setiap hasil yang diberikan.
Sumber:
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Ajaran Tattwa dan Etika Hindu Bali, 2018.
Titib, I Made. Teologi dan Filsafat Hindu, Paramita Surabaya, 2003.
Wiana, I Ketut. Makna Simbol dan Upacara Keagamaan Hindu di Bali, Paramita, 2010.
channel youtube










