Berita Hindu Indonesia - Pulau Bali dikenal sebagai Pulau Seribu Pura, tempat di mana tradisi, budaya, dan spiritualitas menyatu dalam kehidupan masyarakatnya. Salah satu tradisi unik yang menjadi sorotan dunia adalah Tradisi Omed-omedan, sebuah ritual sakral dan penuh kegembiraan yang dilakukan oleh masyarakat Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan.
Walaupun terlihat seperti “tarik-menarik” antar pemuda dan pemudi, sesungguhnya Omed-omedan adalah ritual tolak bala yang telah diwariskan secara turun-temurun selama ratusan tahun.
Asal-usul Tradisi Omed-omedan
Menurut penuturan masyarakat setempat, tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman Raja Puri Oka. Dahulu, para pemuda dan pemudi berkumpul untuk melakukan tarian rakyat setelah Hari Nyepi. Dalam satu peristiwa, dua kelompok pemuda dan pemudi saling dorong hingga terjadi keributan. Anehnya, saat itu raja yang sedang sakit tiba-tiba sembuh setelah menyaksikan kejadian tersebut.
Sejak saat itulah, tradisi tersebut ditetapkan sebagai ritual tolak bala yang wajib dilakukan setiap sehari setelah Hari Nyepi (ngembak geni), dengan keyakinan bahwa bila tradisi ini tidak dilaksanakan, akan terjadi musibah di desa.
Makna Spiritual Omed-omedan
Secara harfiah, Omed-omedan berarti tarik-menarik. Namun maknanya jauh lebih dalam.
Ritual ini melambangkan penyatuan energi purusa (laki-laki) dan pradana (perempuan) sebagai simbol keseimbangan alam semesta. Tradisi ini juga menjadi media untuk menyucikan energi desa dari pengaruh negatif setelah masa penyepian.
Selain itu, Omed-omedan menjadi ajang mempererat rasa persaudaraan dan kebersamaan antar warga, terutama kalangan muda. Walaupun diwarnai canda tawa, pelaksanaannya tetap disertai doa dan upacara keagamaan oleh para pemangku pura.
Proses Pelaksanaan
- Upacara Pembersihan (Pecaruan) dilakukan terlebih dahulu untuk menyucikan lokasi dan para peserta.
- Dua barisan pemuda dan pemudi berhadapan, lalu saling tarik-menarik diiringi teriakan dan sorak sorai warga.
- Ketika dua peserta saling berdekatan, mereka boleh saling berpelukan atau bersentuhan pipi melambangkan keharmonisan dan kasih sayang universal.
- Para pecalang mengatur agar suasana tetap tertib dan sakral.
Ritual ini tidak dimaksudkan sebagai hiburan, melainkan penggambaran energi kehidupan yang saling melengkapi.
Omed-omedan di Mata Dunia
Tradisi ini menarik perhatian wisatawan mancanegara karena unik dan penuh makna simbolik. Banyak media internasional menulis tentang “The Kissing Ritual of Bali”, namun sesungguhnya Omed-omedan bukan tentang ciuman, melainkan tentang harmoni, keseimbangan, dan tolak bala nilai-nilai yang sangat luhur dalam kepercayaan Hindu Bali.
Kesimpulan
Tradisi Omed-omedan bukan sekadar atraksi budaya, tetapi ritual sakral yang menjaga keseimbangan energi di alam dan masyarakat. Tradisi ini menjadi bukti bahwa di Bali, setiap perayaan, bahkan yang tampak sederhana, memiliki makna spiritual mendalam yang menghubungkan manusia dengan alam dan Sang Hyang Widhi.
Sumber:
Parisada Hindu Dharma Indonesia. Lontar Dresta Bali Kuna tentang Tradisi Rakyat Bali, 2021.
Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Profil Tradisi Omed-omedan Banjar Kaja Sesetan, 2023.
Wawancara Pemangku Banjar Kaja Sesetan, 2024.
Bali Post, Omed-omedan: Ritual Sakral Tolak Bala di Tengah Denpasar, 2022.
Youtube channel

