Istri adalah Ratu, Bukan Staf Kantor: Antara Patuh atau Tidak Patuh
On 11:25 AM with No comments
Berita Hindu Indonesia - Dalam kehidupan rumah tangga, peran suami dan istri sering kali dipandang melalui lensa budaya, agama, maupun sosial. Ada pandangan bahwa seorang istri harus patuh sepenuhnya kepada suami. Namun, dalam perspektif kekinian dan ajaran agama Hindu, istri bukanlah sekadar “staf kantor” yang hanya menerima perintah, melainkan seorang ratu yang memiliki kedudukan mulia, sejajar, dan penuh penghormatan.
![]() |
| Ilustrasi |
Istri Sebagai Ratu dalam Rumah Tangga
Dalam ajaran Hindu, pernikahan adalah penyatuan dua jiwa untuk saling melengkapi. Suami dipandang sebagai kerti (pelindung), sedangkan istri adalah lakshmi (pembawa kesejahteraan). Istri disebut sebagai “striratna” atau permata rumah tangga.
Seorang istri adalah ratu di rumahnya karena:
- Ia berperan mengatur harmoni rumah tangga.
- Ia menjadi pendidik pertama bagi anak-anak.
- Kehadirannya membawa kesucian dan kesejahteraan.
Dengan demikian, suami tidak boleh memperlakukan istri sebagai bawahan, melainkan sebagai partner sejajar dalam perjalanan dharma rumah tangga (grihastha asrama).
Patuh atau Tidak Patuh?
- Konsep “patuh” dalam rumah tangga sering disalahartikan. Patuh bukan berarti tunduk tanpa suara, melainkan:
- Patuh kepada dharma → Suami maupun istri sama-sama patuh pada kebenaran, kesucian, dan etika hidup.
- Patuh dalam kesepakatan rumah tangga → Keduanya saling menghargai peran masing-masing, saling mendengarkan, dan mengambil keputusan bersama.
- Tidak patuh pada adharma → Jika suami memerintahkan sesuatu yang salah (adharma), istri tidak wajib patuh, karena itu bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran.
Perspektif Hindu
Dalam kitab Manawa Dharmasastra disebutkan:
“Yatra naryastu pujyante, ramante tatra Devata”
Di mana perempuan dihormati, di sanalah para dewa memberikan kebahagiaan.
Artinya, keharmonisan rumah tangga dan keberkahan akan hadir bila suami menghormati istrinya seperti ratu, bukan memperlakukannya sebagai bawahan.
Kesimpulan
Istri adalah ratu rumah tangga, bukan “staf kantor” yang hanya menerima perintah. Hubungan suami-istri harus dilandasi kesetaraan, kasih sayang, dan penghormatan timbal balik. Patuh yang sejati bukan kepada ego manusia, tetapi kepada dharma yang menjadi fondasi kehidupan bersama.
Dengan memahami hal ini, rumah tangga akan menjadi ruang suci tempat suami-istri saling melengkapi, bukan saling menindas.
Sumber:
Manawa Dharmasastra IX.3 – tentang kehormatan perempuan dalam keluarga.
Bhagavad Gītā III.21 – pemimpin sebagai teladan, bukan penindas.
Rg Veda X.85.36 – suami dan istri berjalan bersama dalam dharma.
Susila, I Made. (2019). Etika Hindu dalam Kehidupan Rumah Tangga. Denpasar: Pustaka Bali.
Ardhana, I Ketut. (2021). Perempuan dalam Perspektif Hindu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.







